Kritis dan Kemauan untuk Mengkritisi
Sebagaimana menjadi
dewasa adalah suatu pilihan, menjadi kritis dan mau mengkritisi juga pilihan. Menurut
saya, ada banyak tipe orang sebenarnya jika dikelompokkan berdasarkan kritis
ini. Mungkin topik ini akan membahs topik yang sedikit kontrversial, tapi
menurut saya krusial pula untuk didiskusikan.
1. Ada yang memang tidak mau menjadi kritis, ”Buat apa kritis, toh apa
gunanya, jalani aja kehidupan apa adanya, ikut aja apa kata orang-orang”, yang
seperti ini mungkin bisa dimasukkan kepada kelompok orang-orang yang melakukan
penyangkalan dan menyia-nyiakan anugerah atau mengalami kekecewaan yang sangat.
Kalau tidak kritis, banyak unsur kehidupan yang berjalan stagnan, banyak
masalah yang tak terpecahkan dan tentu saja banyak penemuan luar biasa bagi
kehidupan tak akan dilakukan oleh para ilmuwan.Akal adalah anugerah yang
diberikan oleh-Nya untuk bisa kita gunakan secara bertanggungjawab.
2. Ada yang kritis. Sungguh kritis kepada banyak hal mulai dari hukum,
pemerintahan, pertahanan keamanan, masalah sosial, finansial dan lain
sebaginya. Namun ia lupa kepada sesuatu yang sebenarnya penting sekali. Ia
belum kritis kepada agamanya sendiri. Padahal agama di dunia ini banyak.
Sudahkah ia kritis memilihnya? Hmmm, padahal ia meyakini bahwa agama sebagai
pedoman hidupnya. Kenapa ia bisa selalai
itu untuk urusan yang sepenting ini. Apakah ia sudah menjawab pertanyaan,
“Apakah agamamu Benar? Ada kemungkinan salah pilih?”. Tentu saja ada
kemungkinan salah pilih, apatahlagi bagi yang beragama layaknya warisan atau
karena keturunan. Mohon, renungkanlah sejenak.
Masih
banyak yang beragama A karena ia semata dilahirkan dari keluarga beragama A. Ketika
ditanya mengapa beragama A, ia bingung mencari jawaban. Beruntung jika agama
tersebut benar. Jika Salah? Sudahkah ia memilih sendiri? Tidak ada salahnya
memilih kembali, walaupun pada akhirnya menjatuhkan pilihan kepada agama yang
sama dengan saat kita dilahirkan. Saya bangga dan bersyukurkarena dilahirkan
beragama Islam dari keularga Islam, dan dengan bangga pula kembali memilih
Islam sebagai agama saya begitu saya mengerti masalah memilih ini. Saya bangga
karena saya memilih agama saya sendiri. Saya Insya Allah akan mempertahankannya
dan menjalankannya dengan sekuat saya karena saya yakin akan pilihan saya, saya
yang memilihnya di atas agama-agama lain. Meminjam kalimat Ustad Bagus Hernowo,
Kita akan bersungguh-sungguh dalam sesuatu hal jika kita mengetahui alasan kita
melakukan sesuatu.
Sekali
lagi berkaitan dengan memilih agama ini, jika kita jujur maka akal kita dan
hati nurani kita sendiri secara fitrah menyangkal pernyataan semua agama benar.
Karena tidak mungkin semuanya benar. Banyak agama yang isinya bertolak belakang
dalam hal-hal yang krusial. Anda sudah mempelajarinya? Saya suka meminjam istilah
Ustad Jefri, Pasti ada satu kebenaran paling objektif (umum) di atas kebenaran subjektif
yang terbatas. Ada satu agama yang benar di antara agama-agama. Jangan terkecoh
dengan pernyataan semua agama benar. Pernyataan semua agama benar mungkin
hanyalah suatu alat pemersatu keduniawian semata. Jangan korbankan diri Anda
oleh provokasi dunia.
3. Ada yang kritis dan sudah mengkritisi agamanya sendiri. Sudah jelas
dengan penjelasan di paragraf sebelumnya
4. Ada yang terlalu kritis tapi tak bertanggungjawab. Kritis sekali sampai
akhirnya mengagungkan ilmu pengetahuan dan teknologi di atas segalanya. Saya
meminjam logika Ustad Arifin Ilham dalam paragraf ini.Saat teknologi sangat
berkembang, mereka di kelompok ini menganggap bahwa agama sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, sedangkan semua masalah sudah dapat diselesaikan dengan
ilmu teknologi semata. Kelompok ini bahkan
mengesampingkan keberadaan Tuhan. Pada titik kulminasinya, mereka menganggap
bukanlah Tuhan yang menciptakan manusia tapi manusialah yang mengada-adakan
Tuhan alias manusia yang menciptakan Tuhan. Bahkan dengan alibi yang sangat nakal
mereka bertanya,” Jika Tuhan itu ada, dimana adanya?” kalau Tuhan ada, kapan
adanya? Telorkah dulu ataukah ayamkah dulu. Kalau Tuhan ada, bagaimana wujudnya?Bahkan
sangat mungkin ada agama yang mempersonifikasikan Tuhan dalam bentuk benda,
hewan, atau manusia. Ilmu pengetahuan atau akal atau kekritisan tersebutlah
yang justru dijadikan Tuhan mereka.Kritis yang tak bertanggungjawab dan
melupakan kejernihanlogika berpikir. padahal jika mereka mau jujur dalam
kritisnya, maka mereka kan menemukan bahwa dunia ini pasti ada penciptanya.
Namun seringkali dengan akal yang terbatas itu mereka sangat tak
bertanggungjawab. Berkaitan dengan ini, sebuah audio “Akal mencari Tuhan” sangat
menarik untuk disimak. Audio ini berisi logika-logika rasional menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menyesatkan tentang tidak adanya Tuhan, tentang
pernyataan Karl Marx tentang semua agama adalah candu, tentang agama adalah
tirani,dan berbicara juga tentang teori Relativitasdan banyak hal menarik
lainnya.Setelah membahas dengan logika-logika menarik, Anda dipersilahkan
mencari dan membuktikan sendiri mana agama yang benar, walaupun ditambahkan pula
sebuah contoh bagi Anda. Terserah Anda dah, hi2. File audio ini sangat
direkomendasikan bagi semua pemeluk agama jika memang Anda serius mencari
kebenaran. Dengarkanlah terlebih dahulu sampai selesai barulah Anda protes
isinya. Untuk mendownload kliklah di sini
Anda dapt
memberikan umpan balik di sini secara nonemosional. Kita mencari kebenaran
bukan berdebat mempertahankan keegoan kita masing-masing.
DOWNLOAD AUDIO AKAL MENCARI TUHAN
DOWNLOAD AUDIO AKAL MENCARI TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan pesan Anda :)