Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 08 Agustus 2012

Kritis dan Kemauan untuk Mengkritisi

Kritis dan Kemauan untuk Mengkritisi
Sebagaimana menjadi dewasa adalah suatu pilihan, menjadi kritis dan mau mengkritisi juga pilihan. Menurut saya, ada banyak tipe orang sebenarnya jika dikelompokkan berdasarkan kritis ini. Mungkin topik ini akan membahs topik yang sedikit kontrversial, tapi menurut saya krusial pula untuk didiskusikan.
1.       Ada yang memang tidak mau menjadi kritis, ”Buat apa kritis, toh apa gunanya, jalani aja kehidupan apa adanya, ikut aja apa kata orang-orang”, yang seperti ini mungkin bisa dimasukkan kepada kelompok orang-orang yang melakukan penyangkalan dan menyia-nyiakan anugerah atau mengalami kekecewaan yang sangat. Kalau tidak kritis, banyak unsur kehidupan yang berjalan stagnan, banyak masalah yang tak terpecahkan dan tentu saja banyak penemuan luar biasa bagi kehidupan tak akan dilakukan oleh para ilmuwan.Akal adalah anugerah yang diberikan oleh-Nya untuk bisa kita gunakan secara bertanggungjawab.
2.       Ada yang kritis. Sungguh kritis kepada banyak hal mulai dari hukum, pemerintahan, pertahanan keamanan, masalah sosial, finansial dan lain sebaginya. Namun ia lupa kepada sesuatu yang sebenarnya penting sekali. Ia belum kritis kepada agamanya sendiri. Padahal agama di dunia ini banyak. Sudahkah ia kritis memilihnya? Hmmm, padahal ia meyakini bahwa agama sebagai pedoman hidupnya.  Kenapa ia bisa selalai itu untuk urusan yang sepenting ini. Apakah ia sudah menjawab pertanyaan, “Apakah agamamu Benar? Ada kemungkinan salah pilih?”. Tentu saja ada kemungkinan salah pilih, apatahlagi bagi yang beragama layaknya warisan atau karena keturunan. Mohon, renungkanlah sejenak.
Masih banyak yang beragama A karena ia semata dilahirkan dari keluarga beragama A. Ketika ditanya mengapa beragama A, ia bingung mencari jawaban. Beruntung jika agama tersebut benar. Jika Salah? Sudahkah ia memilih sendiri? Tidak ada salahnya memilih kembali, walaupun pada akhirnya menjatuhkan pilihan kepada agama yang sama dengan saat kita dilahirkan. Saya bangga dan bersyukurkarena dilahirkan beragama Islam dari keularga Islam, dan dengan bangga pula kembali memilih Islam sebagai agama saya begitu saya mengerti masalah memilih ini. Saya bangga karena saya memilih agama saya sendiri. Saya Insya Allah akan mempertahankannya dan menjalankannya dengan sekuat saya karena saya yakin akan pilihan saya, saya yang memilihnya di atas agama-agama lain. Meminjam kalimat Ustad Bagus Hernowo, Kita akan bersungguh-sungguh dalam sesuatu hal jika kita mengetahui alasan kita melakukan sesuatu.
Sekali lagi berkaitan dengan memilih agama ini, jika kita jujur maka akal kita dan hati nurani kita sendiri secara fitrah menyangkal pernyataan semua agama benar. Karena tidak mungkin semuanya benar. Banyak agama yang isinya bertolak belakang dalam hal-hal yang krusial. Anda sudah mempelajarinya? Saya suka meminjam istilah Ustad Jefri, Pasti ada satu kebenaran paling objektif (umum) di atas kebenaran subjektif yang terbatas. Ada satu agama yang benar di antara agama-agama. Jangan terkecoh dengan pernyataan semua agama benar. Pernyataan semua agama benar mungkin hanyalah suatu alat pemersatu keduniawian semata. Jangan korbankan diri Anda oleh provokasi dunia.
3.       Ada yang kritis dan sudah mengkritisi agamanya sendiri. Sudah jelas dengan penjelasan di  paragraf sebelumnya
4.       Ada yang terlalu kritis tapi tak bertanggungjawab. Kritis sekali sampai akhirnya mengagungkan ilmu pengetahuan dan teknologi di atas segalanya. Saya meminjam logika Ustad Arifin Ilham dalam paragraf ini.Saat teknologi sangat berkembang, mereka di kelompok ini menganggap bahwa agama sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan semua masalah sudah dapat diselesaikan dengan ilmu teknologi semata.  Kelompok ini bahkan mengesampingkan keberadaan Tuhan. Pada titik kulminasinya, mereka menganggap bukanlah Tuhan yang menciptakan manusia tapi manusialah yang mengada-adakan Tuhan alias manusia yang menciptakan Tuhan. Bahkan dengan alibi yang sangat nakal mereka bertanya,” Jika Tuhan itu ada, dimana adanya?” kalau Tuhan ada, kapan adanya? Telorkah dulu ataukah ayamkah dulu. Kalau Tuhan ada, bagaimana wujudnya?Bahkan sangat mungkin ada agama yang mempersonifikasikan Tuhan dalam bentuk benda, hewan, atau manusia. Ilmu pengetahuan atau akal atau kekritisan tersebutlah yang justru dijadikan Tuhan mereka.Kritis yang tak bertanggungjawab dan melupakan kejernihanlogika berpikir. padahal jika mereka mau jujur dalam kritisnya, maka mereka kan menemukan bahwa dunia ini pasti ada penciptanya. Namun seringkali dengan akal yang terbatas itu mereka sangat tak bertanggungjawab. Berkaitan dengan ini, sebuah audio “Akal mencari Tuhan” sangat menarik untuk disimak. Audio ini berisi logika-logika rasional menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyesatkan tentang tidak adanya Tuhan, tentang pernyataan Karl Marx tentang semua agama adalah candu, tentang agama adalah tirani,dan berbicara juga tentang teori Relativitasdan banyak hal menarik lainnya.Setelah membahas dengan logika-logika menarik, Anda dipersilahkan mencari dan membuktikan sendiri mana agama yang benar, walaupun ditambahkan pula sebuah contoh bagi Anda. Terserah Anda dah, hi2. File audio ini sangat direkomendasikan bagi semua pemeluk agama jika memang Anda serius mencari kebenaran. Dengarkanlah terlebih dahulu sampai selesai barulah Anda protes isinya. Untuk mendownload kliklah di sini
Anda dapt memberikan umpan balik di sini secara nonemosional. Kita mencari kebenaran bukan berdebat mempertahankan keegoan kita masing-masing.
DOWNLOAD AUDIO AKAL MENCARI TUHAN

Artikel Terkait Agama ,Audio ,DOWNLOAD ,Kritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan pesan Anda :)